Disini, Bisa Botram Sambil Wisata Petik Jeruk Sendiri Dari Pohonnya

oleh -1290 Dilihat

Wisata metik jeruk sendiri dari pohonnya dari Kebun Selecta Cikajang Garut (foto Muhammad Nur)

GARUTUPDATE.CO.ID, GARUT – Selain dikenal dengan dombanya, Garut juga dikenal dengan jeruknya. Meski sempat menghilang, beberapa tahun belakangan ini jeruk mulai kembali banyak ditanam di Garut.

Dilansir dari garutplus.co.id, Menyiasati harga pembelian jeruk dari bandar yang rendah. Uus Kusnawan Sutarsa, petani jeruk yang menanam jeruk diatas lahan seluas 3 hektar lebih di Kecamatan Cikajang, menyiasati dengan cara menjadikan kebun jeruknya sebagai tempat wisata.

“Pengunjung bisa botram (membawa bekal makanan dan makan) di kebun, sambil metik jeruk,” jelas Uus saat ditemui di kebun jeruk miliknya di Desa Cikandang, Kecamatan Cikajang, Rabu (7/8/2019)

Sejak Januari 2019 ini, menurut Uus dirinya mencoba berinovasi agar harga jeruk dari kebunnya bisa lebih menguntungkan. Dengan inovasi merubah kebun jeruknya jadi tempat wisata, maka pembeli maupun petani diuntungkan.

“Petani untung karena harga jeruknya tinggi, pembeli juga untung karena bisa mendapatkan harga yang bagus dan memilih jeruk langsung dari kebunnya,” jelas Uus. 

Uus menuturkan, usia pohon jeruk yang ada dikebunnya rata-rata mencapai 5 tahunan. Namun, pohon jeruk baru bisa dipanen pada usia 3 tahun. Dirinya pun bisa memanen sejak 2 tahun lalu.

Selama ini, dirinya biasa menjual jeruk kepada bandar dengan cara diborongkan (ditebas). Dengan cara ini, menurut Uus petani sulit menerima keuntungan yang bagus.

“Kalau diperkirakan hasilnya mencapai 1 ton, paling juga dibayar 500 kilogram,” katanya. 

Dari bandar, menurut Uus harga jeruk paling hanya dibeli Rp 5 ribu hingga Rp 6 ribu. Jika pun harganya tinggi, paling hanya Rp 11 ribu untuk jeruk kualitas tinggi yang masuk pasar-pasar modern. 

“Yang kualitas tinggi kan paling 10 persen dari total jumlah yang dipanen, makanya tipis keuntungannya,” jelas Uus.

Saat ini, sejak Januari dirinya mencoba menjadikan kebun jeruknya seluas 3 hektar menjadi tempat wisata. Sejak itu pula dirinya bisa menjual jeruk dari kebunnya hingga Rp 15 ribu per kilogram kepada para pengunjung.

“Sekarang kan setiap pengunjung biaya masuk Rp 15 ribu per orang, makan jeruk sepuasnya di dalam, kalau mau bawa pulang, harganya Rp 15 ribu per kilogram,” jelasnya. 

Dengan harga jual tersebut, menurut Uus dirinya telah memotong biaya panen untuk biaya petik, kemas hingga biaya angkut. Makanya, keuntungan bagi petani bisa dirasakan.

“Dari harga Rp 5 ribu, paling petani bisa nerima Rp 3500 per kilogram, karena biaya petik hingga transport, belum lagi dipotong biaya perawatan kebun,” katanya.

Saat ini, mengingat telah memasuki musim panen raya, pihaknya pun sengaja menurunkan harga jual jeruk bagi pengunjung. Akhir pekan ini saja, ada promo yang dibuatnya. Bagi pengunjung yang membawa pulang 2 kilogram jeruk, gratis 1 kilogram.

“Harganya kita turunkan menjadi Rp 10 ribu per kilogram untuk akhir pekan ini, karena kita sedang panen raya,” jelas Uus sambil menunjukan petakan kebun jeruk yang siap panen.

Sejak dibuka jadi tempat wisata, menurut Uus, setiap akhir pekan, rata-rata pengunjung bisa mencapai 1000 orang. di hari tersebut, jeruk yang dibawa pulang pengunjung jumlahnya paling sedikit sampai 500 kilogram.

“Kalau panen raya seperti sekarang, 1 ton juga bisa dipanen, ini sampai sebulan kedepan masih bisa dipanen,” jelas Uus.

Meski jadi tempat wisata, menurut Uus kebun jeruknya hanya dibuka untuk pengunjung pada hari Sabtu dan Minggu. hari-hari biasa, digunakan untuk pemeliharan kebun. 

Dengan 3 ribu lebih pohon jeruk yang ada, menurut Uus saat ini kebun jeruknya sudah bisa dipanen sepanjang tahun pada akhir pekan. Meski, tentunya jumlah jeruk yang bisa dipanen tidak sama seperti saat panen raya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.