AS pelaku aksi pencabulan belasan bocah di Kecamatan Samarang. (Foto: Garut Update)
Samarang – Polisi mengamankan seorang pria berinisial AS, setelah dilaporkan mencabuli belasan bocah lelaki di Kecamatan Samarang, Garut baru-baru ini. Aksi sodomi yang diduga dilakukan pria umur 50 tahun ini, dianggap sangat berdampak pada para korbannya.
Psikolog dari Wahana Bahagia Garut, Riscka Fujiastuti punya pandangannya terkait ini. Menurut Riscka, aksi sodomi dapat menyebabkan beragam dampak bagi para korbannya. “Ada gejala fisik dan psikis yang ditimbulkan dari korban sodomi ini,” katanya.
Secara fisik, kata Riscka, para korban sodomi bisa mengalami rasa ketidaknyamanan pada alat kelamin hingga dubur. Mereka juga, bisa terkena infeksi, hingga penyakit seksual menular yang disebabkan sodomi tersebut.
“Adanya infeksi pada area dubur, sakit ketika buang air besar, nyeri, bahkan bisa sampai kondisi mengalami penyakit seksual menular seperti Hepatitis B, adanya kondisinya HIV, atau mungkin hal yang sangat tidak diinginkan oleh korban secara fisik,” katanya.
Kemudian secara psikis, para korban sodomi juga bisa menjadi stress, hingga memiliki kecenderungan untuk takut terhadap orang, atau takut bersosialisasi dengan lingkungannya sendiri.
“Secara psikis, ini biasanya kayak kecemasan, gangguan tidur, gangguan mood, trauma yang berkepanjangan, yang nantinya pada sampai stress sampai depresi. Takut bersosialisasi, yang jelas sangat menghambat terhadap aktivitas. Punya kecenderungan takut untuk bersosialisasi kembali.
AS, sang pelaku yang mencabuli 17 orang anak di bawah umur ini, diketahui dulunya juga adalah mantan korban pencabulan yang dilakukan oleh orang dekatnya saat remaja. Hal tersebut terungkap ketika pihak kepolisian menggelar jumpa pers kasus ini pada Kamis, 1 Juni 2023 kemarin.
Menurut Riscka, seorang korban pelecehan seksual berpotensi untuk menjadi pelaku di kemudian hari, karena berbagai alasan. Salah satunya, adalah rasa ingin balas dendam, dengan melakukan tindakan pelecehan kepada orang lain.
“Adanya pemberian pembalasan dendam atau mengupas luka batinnya dengan cara dia melakukan aksi sodomi tersebut terhadap orang lain,” katanya.
Riscka sendiri menyarankan agar para korban didampingi secara psikologis sampai tuntas. Program parenting bersama para ahli yang kompeten di bidang itu, diharapkan bisa membuat para korban tak menjadi trauma, serta berpotensi menjadi pelaku di kemudian hari.
(Abd/Abd)