Aceng Fikri bersana istri Siti Elina Rahayu menunjukan surat nikah dari KUA (foto Muhammad Nur)
GARUTUPDATE.CO.ID, GARUT – Istri Aceng Fikri mantan Bupati Garut Siti Elina Rahayu, akhirnya buka suara, seetelah pada Kamis (22/08/2019) lalu terjaring razia Satpol PP Kota Bandung. Elin mengaku merasa sangat dilecehkan atas perlakuan petugas Satpol PP Kota Bandung saat menemui dirinya di salahsatu kamar hotel di Kota Bandung bersama suaminya. Setelah sempat dikabarkan trauma Dirinya pun, saat ini masih trauma atas kejadian tersebut.
“Jelas merasa sangat dilecehkan, Satpol PP nggak beri ruang klarifikasi sehingga masyarakat memberi stigma negatif pada saya, padahal saya menikah secara resmi tercatat di KUA, buktinya juga ada,” jelas Siti Elina Rahayu saat ditemui di kediaman Aceng HM Fikri di Garut, seperti dilansir dari BandungKita.id, Selasa (27/08/2019).
Elina yang didampingi suaminya Aceng HM Fikri menuturkan, dirinya sangat trauma atas kejadian tersebut. Karena, petugas Satpol PP datang saat dirinya sudah tertidur di kamar dan langsung menggeledah kamar dan seluruh isinya termasuk dirinya yang diperiksa dari seluruh bagian badannya dari atas sampai bawah.
“Saya bingung ada apa, saya digiring ke kamar mandi, saya bingung ada apa lagi ini, terus saya digeledah dari atas sampai bawah, semua sudut kamar juga diperiksa, termasuk alat shalat dibongkar, saya bingung ini ada apa,” katanya.
Elina pun menceritakan kembali detik-detik dirinya dan suaminya didatangi petugas Satpol PP. Kamis (22/08/2019), dirinya berniat mengantar suaminya berobat di Bandung yang memang rutin dilakukan seminggu sekali.
Dirinya pun, sengaja memilih hotel tersebut karena dekat dengan tempat dokter praktek yang biasa didatanginya. Namun, saat dirinya sudah tertidur pulas, tiba-tiba datang petugas yang langsung masuk ke kamar.
“Saya bengong sambil gemetaran, ya Allah ini ada apa, karena saya kaget, bangun tidur spontan masuk semua,” katanya.
Begitu petugas masuk ke kamar, menurut Elina petugas langsung meminta identitas dirinya.
Dirinya pun langsung menyerahkan KTP miliknya dan suaminya yang disimpan dalam satu dompet yaitu dompet miliknya. Belum hilang rasa bingung, Elina pun langsung digiring masuk ke kamar mandi. “Saya bingung ini ada apa lagi, saya digeledah dari atas sampai bawah,” katanya.
Setelah itu, dirinya langsung digiring masuk ke dalam truk Satpol PP bersama suaminya, setelah sebelumnya handphone miliknya ditahan oleh petugas. Saat akan digiring ke dalam truk, Elina mengaku telah meminta untuk naik mobil sendiri ke kantor Satpol PP. Namun, tidak diperbolehkan oleh Satpol PP. “Saya ikutin aja karena dia bilang jelaskan saja dikantor,” katanya.
Rasa kaget Elina, semakin bertambah begitu naik mobil truk Satpol PP, dirinya dibawa berkeliling mendatangi hotel-hotel yang ada di Kota Bandung hingga selama kurang lebih 2 jam bersama petugas Satpol PP dan orang lain yang diamankan. Padahal, sebelumnya dirinya mengira akan langsung dibawa ke kantor Satpol PP.
“Ijin mau minum juga tidak diperbolehkan, sampai kantor juga tidak diperbolehkan untuk minum,” katanya.
Selain haus, Elina mengaku sempat sesak nafas karena petugas Satpol PP yang sengaja merokok didalam truk sambil asapnya disembur-semburkan. Untungnya, suaminya protes karena dirinya memang sering sesak nafas oleh asap rokok hingga petugas tersebut tidak lagi merokok.
“Sudah nafas saya sesak, malah petugasnya kaya begitu,” katanya.
“Saya haus, minta izin beli minum tidak diperbolehkan. Saya di truk sesak napas, karena petugas banyak yang merokok,” kata dia.
Sesampainya di kantor Satpol PP, mereka disatukan dalam satu ruangan. Sempat minta dipisahkan lantaran tak merasa salah, tapi tak diizinkan.
Sebelum masuk menjalani interograsi oleh petugas di salah satu ruangan, mereka sempat diambil gambar dengan foto dan video. “Di ruang kabid saya menjelaskan, saya tidak bisa membuktikan karena HP diambil, semua dokumen ada di HP. Baru saat dikasih hpnya, saya perlihatkan semua. Baru clear,” kata dia.
Setelah dinyatakan tak bersalah, Aceng dan Siti dipersilakan meninggalkan kantor Satpol PP. Namun, menurut Siti, para petugas tak meminta maaf lantaran salah tangkap.
“Mereka sama sekali tidak minta maaf saat itu,” kata dia.
Siti merasa dilecehkan. Menurut dia, Satpol PP tidak memberikan ruang klarifikasi saat penggeledahan. Alhasi, ketika dibawa mengunakan truk, semua orang memberikan stigma negatif kepada dirinya. Padahal, ia bermalam bersama suaminya yang telah dinikahi secara resmi.
Dari kejadian itu, Siti mengaku masih trauma dan takut untuk keluar rumah. “Makan gak enak. Ini baru pertama diperlakukan seperti ini,” kata dia.
Ia bersama suami berencana membawa permasalahan ini ke Komnas Perempuan. Pasalnya, sebagai perempuan ia merasa sangat dirugikan.
“Jadi saya seolah berbuat asusila. Padahal saya bersama suami,” kata dia.