Puncak Musim Kemarau di Garut Diprediksi Terjadi Agustus

oleh -1318 Dilihat

Kepala Pelaksana BPBD Garut, Satria Budi. (Foto: Pemda Garut)

Tarogong Kidul – Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Garut memprediksi puncak musim kemarau di Garut akan terjadi di bulan Agustus mendatang. Sejumlah langkah sudah disiapkan pemda, untuk mengantisipasi potensi terjadinya dampak dari kekeringan tersebut.

Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut Satria Budi, saat ini pihaknya sedang mewaspadai terjadinya dampak, yang diakibatkan dari musim kemarau. Pihaknya memprediksi, jika puncak kemarau akan terjadi di bulan mendatang.

“Kita sudah wanti-wanti bahwa di bulan Agustus ini kemarau panjang,” kata Satria Budi, saat dikonfirmasi wartawan, Jumat, 30 Juni 2023.

Budi mengatakan, ancaman kekeringan meningkat seiring dengan berlangsungnya musim kemarau di tahun 2023 ini. Kekeringan diketahui kerap terjadi di sejumlah daerah di Kabupaten Garut, setiap tahunnya, tiap kali musim kemarau terjadi.

Untuk mengantisipasi dampak dari musim kemarau ini, kata Budi, pihaknya telah membentuk tim Unit Reaksi Cepat. Tim ini disiagakan untuk merespons setiap laporan yang diberikan oleh masyarakat, terkait dampak dari kekeringan.

“Kita melakukan langkah untuk selalu siap siaga,” katanya.

Kendati demikian, hingga saat ini, pihak BPBD Garut sendiri belum menerima laporan adanya dampak dari musim kemarau dari masyarakat Garut. Hal tersebut dikarenakan masih terjadinya hujan, meskipun mayoritas cuaca di Kabupaten Garut panas terik setiap harinya.

“Masih turun hujan. Jadi, sampai sekarang belum ada laporan kekeringan,” katanya.

Sebelumnya, Bupati Garut Rudy Gunawan mengatakan, saat ini 42 kecamatan di Kabupaten Garut berstatus waspada kekeringan. Kekeringan dianggap mengancam kebutuhan rumah tangga, di seluruh kecamatan yang ada di Garut.

“Kami menganggap, untuk rumah tangga itu di 42 kecamatan waspada,” kata Rudy.

Rudy menjelaskan, Pemda Garut sudah melakukan pemetaan. Kekeringan yang berpotensi terjadi dalam waktu dekat ini, dianggap akan berdampak pada dua hal. Salah satunya, untuk kebutuhan air rumah tangga warga Garut.

“Pertama untuk kebutuhan rumah tangga, yang kedua adalah untuk budidaya,” ungkap Rudy.

(Abd/Abd)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.