Sekertaris PCNU Kabupaten Garut Deni Ranggajaya
GARUTUPDATE.CO.ID, GARUT – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) Kabupaten Garut menilai, adanya penyebaran vidio porno seks menyimpang yang dilakukan oleh warga Garut ini bukti kurangnya pendidikan agama di lingkungan masyarakat.
“Ini bukti kurangnya pendidikan agama. Kalau agamanya kuat tidak akan seperti ini,” ujar Sekertaris PCNU Kabupaten Garut Deni Ranggajaya, di kantornya, Kamis (15/8).
Menurut dia, seharusnya kejadian seperti ini tidak perlu terjadi di kota santri ini. Tetapi dengan terdegradasinya pendidikan agama baik itu di sekolah formal maupun nonformal yang sekarang ini terjadi di Garut, sehingga muncul kasus asusila seperti ini.
“Kurangnya pendidikan agama, maka moral juga ikut menurun dan terjadi seperti seks menyimpang ini,” katanya.
Maka dari itu, kata dia, pihaknya mendorong kepada Pemerintah Kabupaten Garut untuk meningkatkan kembali pendidikan agama di lingkungan masyarakat baik itu di pendidikan formal maupun non formal. “kami juga tidak setuju dengan sistem full day school, karena mempersempit kegiatan keagamaan salah satunya mengaji,” terangnya.
Sehingga, pihaknya meminta kepada pemerintah daerah untuk menkaji kembali kebijakan-kebijakan yang mengganggu kegiatan keagamaan di lingkungan masyarakat. “Sekarang itu pendidikan agama di sekolah formal itu hanya 2 jam, sebelumnya itu 8 jam. Ini harus jadi kajian pemerintah,” terangnya.
Deni menambahkan, pihaknya juga memintah Pemkab Garut untuk membuat peraturan daerah (Perda) Diniyah untuk mengikat kegaiatan keagamaan di setiap jenjang sekolah. “Sekarang perda itu belum ada. Kami minta itu dibuat, supaya pendidikan agama lebih meningkat dan moral generasi muda bisa terjaga,” katanya.
Terpisah, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Garut KH Sirojul Munir mengutuk atas pebuatan seks menyimpang yang dilakukan masyarakat Garut dan vidionya sampai viral di media soail.
“Ini jelas bentuk nyata adanya dekadensi moral mereka sudah tidak ada lagi rasa malu, sementara malu itu sebagian daripada keimanan seseorang,” ujarnya.
Menurut dia, keberanian para pelaku membuat video syur tersebut, merupakan bentuk akumulasi adanya penurunan nilai moral dalam kehidupan masyarakat. “Bahaya sekali jika dibiarkan bagi generasi muda,” kata dia.
Dia menilai, adanya dekadensi moral tersebut, karena rendahnya pemahaman agama, diduga menjadi penyebab lain munculnya fenomena berkurangnya rasa malu di tengah kehidupan bermasyarakat.
“Memang ada pesantren dan DKM di tiap masyarakat, tapi masalahnya yang ngaji hanya santri, sementara generasi muda dari kalangan masyarakatnya ke mana ?,” ujarnya.
Dengan adanya kasus itu, lembaganya berharap menjadi cambuk semua pihak terutama pemerintah dan lembaga berkewenang lainnya, rempug melakukan penyadaran terhadap masyarakat, pentingnya pendidikan moral. “Ini sudah darurat moral terutama soal kesusilaan,” terangnya.
Tidak hanya itu, Munir berharap aparat penegak hukum terutama kepolisian, memberikan hukuman yang berat sebagai efek jera bagi warga. “Memang semuanya harus kerjasama lintas sektor, tapi harus ada tindakan tegas,” paparnya.