Warga korban banjir bandang di Perumahan Al Kautsar di Desa Sirnajaya Kecamatan Tarogong Kaler
GARUTUPDATE.CO.ID, GARUT – Hari ini tepat, 20 September 2019, peristiwa banjir bandang melanda wilayah Garut pada tiga tahun lalu. Sejumlah korban banjir bandang pun mulai menata kehidupannya kembali.
Dilansir dari tribunjabar.id, Pascabanjir bandang pada 2016, pemerintah telah berjanji untuk merelokasi para warga terdampak. Salah satunya janji untuk memberi rumah di lokasi yang lebih layak.
Di tahun ini, sejumlah korban banjir bandang pun telah menempati rumah bantuan dari pemerintah dan para donatur. Mereka terbagi ke dalam beberapa tempat relokasi. Yakni di Kelurahan Lengkong Jaya, Kecamatan Karangpawitan, Blok Kopi Lombong, Kecamatan Tarogong Kidul dan Desa Sirnajaya, Kecamatan Tarogong Kaler.
Pemberian rumah dilakukan kepada warga yang memiliki sertifikat. Sedangkan bagi warga yang mengontak, pemerintah menempatkan mereka di rusunawa Cilawu dan Margawati.
Cicih (50), salah satu korban banjir bandang menyebut baru tiga bulan pindah ke Perumahan Al Kautsar di Desa Sirnajaya. Salah satu pemukiman khusus bagi warga terdampak.
“Sebelumnya saya ngungsi di rusunawa Musaddadiyah. Dua tahun tinggal di sana. Baru tiga bulan isi rumah di sini,” ujar Cicih, Jumat (12/9/2019).
Rumahnya di Kampung Sanding, Kelurahan Muara Sanding, Kecamatan Garut Kota rata dengan tanah usai digulung banjir. Saat kejadian, Cicih mengaku sedang tertidur dengan dua orang cucunya.
“Alhamdulillah cuma rumah yang rusak. Tidak ada keluarga yang meninggal,” katanya.
Kini Cicih menata kembali kehidupannya. Di rumah tipe 36 itu bantuan dari BNPB, Cicih tinggal dengan suaminya. Tinggal di rumah baru sangat disyukuri Cicih. Meski diakuinya, cukup kebingungan untuk mendapat penghasilan.
“Biasanya kan dulu waktu di Sanding dagang ke Garut (Garut Kota). Tapi dari rumah sekarang sampai ke Garut itu lumayan. Harus naik ojek dulu terus naik angkot,” ujarnya.
Ia juga berharap, pemerintah bisa membantu warga untuk bekerja. Minimal, bisa mendapat penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari.
Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman menyebut ada 80 warga terdampak yang menolak direlokasi. Padahal pemerintah sedang membangun rumah untuk mereka.
“Tinggal 80 ini yang belum pindah. Mereka juga tidak ingin direlokasi. Secara keseluruhan, semuanya sudah dapat rumah,” ujar Helmi di rumahnya.
Puluhan warga yang menolak relokasi disebut Helmu karena mengangga tak terdampak banjir. Padahal hasil hitungan pemerintah, lahan ke 80 warga itu jadi titik banjir bandang.
Status rumah yang ditempati warga terdampak itu jadi milik mereka. Namun aset warga di lokasi terdampak banjir, diambil oleh pemerintah.
“Rencananya lahan dari warga itu akan dipakai taman kota. Jadi sepanjang Cimanuk itu banyak hijaunya. Tidak boleh dibangun rumah lagi,” katanya.