Tarogong Kidul – Pemkab mendorong upaya pembangunan jalan menggunakan aspal dengan campuran sampah plastik di Garut. Hal tersebut karena aspal jenis ini lebih ramah lingkungan dan efisien.
Hal tersebut diungkap dalam kegiatan Diseminasi Policy Brief Optimalisasi Pemanfaatan Sampah Plastik sebagai Bahan Campuran Aspal untuk Infrastruktur Jalan Berkelanjutan di Kabupaten Garut, yang digelar di Aula Kantor Bappeda, Selasa, 6 Mei 2025.
Menurut Kabid Infrastruktur dan Kewilayahan Bappeda Garut, Gungun, penggunaan aspal berbahan campuran sampah plastik sudah diterapkan di banyak daerah di Indonesia.
“Di Yogyakarta kami melihat langsung bagaimana jalan menuju kawasan wisata Candi Borobudur menerapkan teknologi aspal plastik,” kata Gungun.
Menurutnya, selain ramah lingkungan, penggunaan aspal berbahan campuran plastik juga dianggap lebih efisien dan mampu menghemat anggaran. Sebab, aspal dari bahan plastik relatif memiliki ketahanan yang lebih lama.
“Ketika jalan menggunakan material yang bagus, tentu akan mencapai umur rencana. Kalau saru tahun sudah rusak, akan kembali lagi ke belakang,” katanya.
Penerapan aspal plastik dianggap akan menghemat biaya pemeliharaan jalanan. Meskipun, ada penambahan biaya plastik, hingga biaya BBM untuk pemanasan karena plastik harus dicairkan terlebih dahulu.
Kabid Bina Marga Dinas PUPR Garut, Dadan Yudha menjelaskan, Kabupaten Garut saat ini memiliki ribuan kilometer jalanan, dengan rincian 105 Km jalan nasional, 272 Km jalan provinsi, 1.022 Km jalan kabupaten dan 2.879 Km jalan desa.
Dari data tersebut diketahui, 541 Km jalan atau sekitar 53 persen di antaranya dalam kondisi baik, 159 Km sedang, 214 Km rusak berat dan 106 Km rusak ringan.
“Di atas 50 persen menggunakan hotmix. Ada juga yang menggunakan beton sepanjang 287 Km,” kata Dadan.
Penerapan sampah plastik di Garut juga didukung dengan maraknya potensi sampah plastik yang bisa digunakan. Dimana, menurut Kabid Persampahan dari Dinas Lingkungan Hidup, Nanang, Pemkab mengangkut sedikitnya 350 ton sampah per hari dari masyarakat.
Hal tersebut menjadi permasalahan, karena saat ini, diketahui Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasir Bajing juga memiliki kapasitas yang terbatas.
“Plastik itu sekitar 20 persen. Akan ada terus, bahkan ke depan semakin meningkat komposisi sampah plastik itu,” katanya.
Prof. Ikeu Kania dari Universitas Garut menuturkan, permasalahan sampah hari ini menjadi masalah yang krusial di Garut.
“Kami melihat permasalahan sampah di Garut ini semakin ke sini, semakin menjadi persoalan besar. Padahal, kalau kita lihat, dari sisi kebijakan kita punya perda dan perbup,” katanya.
Dengan pemanfaatan sampah plastik menjadi bahan campuran aspal ini, diharapkan menjadi salah satu solusi untuk mengurangi volume sampah di wilayah Garut.
Di Kabupaten Garut sendiri, penerapan aspal plastik sudah diujicoba pada tahun 2022 lalu. Dimana, terdapat 16,5 kilometer jalan yang menggunakan aspal, yang terbuat dari bahan campuran sampah plastik sebanyak 30,96 ton.
Setahun berselang, aspal dengan bahan campuran sampah plastik diterapkan kembali di jalan sepanjang 33,68 kilometer, dengan memanfaatkan 49,54 ton sampah plastik cacah.
Hal tersebut bisa terealisasi atas dasar kerja sama yang dilaksanakan antara Pemkab Garut dengan Yayasan Bakti Barito dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (Chandra Asri Group).